MAKALAH
PERBEDAAN SISTEM
PENCERNAAN HEWAN RUMINANSIA DAN NON RUMINANSIA
OLEH
APRIANUS
REMELO MALI (2017410020)
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
MARET
2019
KATA
PENGANTAR
Pujih dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segalah
rahmat dan kuasaNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah saya yang
berjudul Perbedaan sistem pencernaan ruminansia dan Non ruminansia”
ini dengan tepat pada wakutnya.. Saya menyadari bahwa makalah saya ini jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu saya sangat membutuhkan kritik dan saran
dari para pembaca budiman sehingga kedepannya kiraya saya menjadi sempurna.Semoga makalah yang saya buat ini
bisa bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….ii
BAB 1
PENDAHULUAN………………………………………………………………..1
1.1. LATAR BELAKANG…………………………………………………………1
1.2. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………….1
1.3. TUJUAN DAN MANFAAT…………………………………………………...2
BAB 2
PEMBAHASAN…………………………………………………………………3
2.1. PENGERITIAN HEWAN RUMINANSIA DAN
NON RUMINANSIA…..3
2.2. PERBEDAAN SISTEM PENCERNAAN RUMINANSIA DAN NON
ROMINANSIA……………..4
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………6
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………..8
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Hewan ruminansia adalah kelompok hewan mamalia yang bisah memamah atau
memekan dua kali. Hewan ruminanasia atau sering
disebut juga hewan pemamah biak yaitu sekelompok hewan pemakan tumbuhan
(herbivora) yang mempunyai dua proses pencernaan makanan. Pertama dengan
mengunyak makanan yang sudah dicerna di dalam perutnya kemudian di keluarkan
lagi untuk di makan kembali pada proses pencernaan yang kedua. Hal ini
memungkinkan hewan ruminanasia dapat mendaatkan sari-sari makanan yang dapat
memberikan nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan hewan ruminansia. Selai
itu hewan ruminansia dibantu mikroorganisme dalam perutnya dalam proses
pencernaan. Pengeluaran kembalai makanan
yang telah dicerna sebagian yang disebut cad. keluar dari
rumen dan mengunyahnya untuk kedua kalinya disebut cudding. Hewan
ruminansia memiliki lambung degan beberapa ruangan. Hewan ruminanasia termasuk
dalam subordo Ruminansia dan ordonya adalah artiodaktil atau
berkuku belah. Hewan ruminansia memiliki empat lambung, yaitu (rumen,
retikulum, omasum, dan abomasum. Selain itu hewan ruminansia juga memamah
makanan yang telah dicerna, maka dari itu hewan ruminansia juga disebut hewan
pemamah biak. Contoh hewan ruminansia adalah sapi, domba, kambing dan rusa.
Hewan non ruminansia (unggas)
memiliki pencernaan monogastrik (perut tunggal) yang berkapasitas kecil.
Makanan ditampung di dalam crop kemudian,empedal atau gizzard terjadi penggilingan sempurna
hingga halus. Makanan yang tidak tercerna akan keluar bersama ekskreta, oleh
karena itu sisa pencernaan pada unggas berbentuk cair. Zat kimia dari
hasil–hasil sekresi kelenjar pencernaan memiliki peranan penting dalam sistem
pencernaan manusia dan hewan monogastrik lainnya. Pencernaan makanan berupa
serat tidak terlalu berarti dalam spesies ini. Unggas tidak memerlukan peranan
mikroorganisme secara maksimal, karena makanan berupa serat sedikit dikonsumsi.
Saluran pencernaan unggas sangat berbeda dengan pencernaan pada mamalia.
Perbedaan itu terletak didaerah mulut dan perut, unggas tidak memiliki gigi
untuk mengunyah, namun memiliki lidah yang kaku untuk menelan makanannya. Perut
unggas memiliki keistimewaan yaitu terjadi pencernaan mekanik dengan batu-batu
kecil yang dimakan oleh unggas.
1.2.Rumusan
masalah
1.3. 1.Apa perbedaan
hewan ruminansia dan non ruminansia?
1.4. 2. apa perbedaan
Sistem pencernaan hewan runinansia dan non ruminansia?
1.3.
Tujuan dan manfaatnya yaitu: Untuk
mengetahui perbedaan sistem pencernaan hewan
ruminansia dan non ruminansia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian hewan ruminansia dan non ruminansia
a. Hewan ruminansia
Hewan ruminansia adalah ternak atau hewan yang memiliki empat buah
lambung danmengalami proses memamahbiak atau proses pengembalian makanan dari
lambung kemulut untuk di mamah.
Contoh hewan ruminansia ini adalah ternak sapi, kerbau,dambing serta ternak
domba.
b.Hewan non ruminansia adalah ternak atau
hewan yangmemiliki satu lambung atau di sebutjuga dengan ternak
monogastrik. Contohnya : ayam, burung, kuda serta babi.
2.2. Sistem pencernaan ruminansia dan non
ruminansia
Hewan ruminansia adalah
kelompok hewan mamalia yang bisa memah (memakan) dua kali sehingga kelompok
hewan tersebut dikenal uga sebagai hewan memamah biak. Dalam sistem
klasifikasi, manusia dan hewan ruminansia pada umumnya mempunyai kesamaan siri
dari sistem pencernaan hewan ruminansia dan manusia. Contoh hewan ruminansia
ialah kerbau, domba, kambing, sapi, kuda, jerapah, kancil, rusa dan lain –
lain.
Ditinjau
dari cara makan dan sistem pencernaannya, hewan ruminansia atau hewan memamah
biak termasuk hewan yang unik. Mereka dapat mengunyah atau memamah makanannya
yang berupa rerumputan melalui 2 fase. Fase pertama terjadi saat awal kali mereka
makan, makanannya itu hanya dikunyah sebentar dan masih kasar. Mereka kemudian
menyimpan makanannya itu dalam rumen lambung . Selang beberapa waktu saat
lambung sudah penuh, mereka kemudian mengeluarkan makanan yang dikunyahnya tadi
untuk dikunyah kembali hingga teksturnya lebih halus. Baru kemudian setelah
halus, makanan tersebut masuk ke dalam rumen lambung lagi.
a. Sistem
pencernaan ruminansia
Menyadari bahwa jenis makanannya
tersusun atas selulosa yang sulit dicerna, hewan ruminansia memiliki saluran
sistem pencernaan khusus. Adapun organ-organ pada saluran sistem pencernaan
hewan ruminansia berikut ini telah beradaptasi jenis makanan alaminya.
1.
Rongga mulut
Dalam rongga mulut hewan ruminansia,
terdapat 2 organ sistem pencernaan yang memiliki fungsi penting, yaitu gigi dan
lidah. Gigi ruminansia berbeda dengan susunan gigi mamalia lain. Gigi seri
(insisivus) memiliki bentuk yang sesuai untuk menjepit makanan berupa rumput,
gigi taring (caninus) tidak berkembang sama sekali, sedangkan gigi geraham
belakang (molare) memiliki bentuk datar dan lebar.
2. Esofagus
Esofagus atau kerongkongan adalah
saluran organ penghubung antara rongga mulut dan lambung. Di saluran ini,
makanan tidak mengalami proses pencernaan. Mereka hanya sekedar lewat sebelum
kemudian digerus di dalam lambung. Esofagus pada hewan ruminansia umumnya
berukuran sangat pendek yaitu sekitar 5 cm, namun lebarnya mampu membesar
(berdilatasi) untuk menyesuaikan ukuran dan tekstur makanannya.
3.
Lambung
Setelah melalui esofagus, makanan akan masuk
ke dalam lambung. Lambung pada hewan ruminansia selain berperan dalam proses
pembusukan dan peragian, juga berguna sebagai tempat penyimpanan sementara
makanan yang akan dikunyah kembali. Ukuran ruang dalam lambung hewan ruminansia
bervariasi tergantung pada umur dan makanannya. Yang jelas ruangan lambung
tersebut terbagi menjadi 4 bagian yaitu rumen (80%), retikulum (5%), omasum
(7–8%), dan abomasum (7–8%).
4.
Rumen atau perut
besar
Mula-mula makanan yang melalui
kerongkongan akan masuk ke dalam rumen. Makanan ini secara alami telah
bercampur dengan air ludah yang sifatnya alkali dengan pH ±
8,5. Rumen berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara bagi
makanan yang telah ditelan. Setelah rumen terisi cukup makanan, sapi akan
beristirahat sembari mengunyah kembali makanan yang dikeluarkan dari rumen ini.Di dalam rumen, populasi bakteri dan
Protozoa menghasilkan enzim oligosakharase, hidrolase, glikosidase, amilase,
dan enzim selulase. Enzim-enzim ini berfungsi untuk menguraikan polisakarida
termasuk selulosa yang terdapat dalam makanan alami mereka. enzim pengurai
protein seperti enzim proteolitik dan beberapa enzim pencerna lemak juga
terdapat di sana.
5.
Retikulum atau perut jala
Di retikulum, makanan diaduk-aduk dan
dicampur dengan enzim-enzim tersebut hingga menjadi gumpalan-gumpalan kasar
(bolus). Pengadukan ini dilakukan dengan bantuan kontraksi otot dinding
retikulum. Gumpalan makanan ini kemudian didorong kembali ke rongga mulut untuk
dimamah kedua kalinya dan dikunyah hingga lebih sempurna saat sapi tengah
beristirahat.
6.
Omasum atau perut buku
Setelah gumpalan makanan yang dikunyah
lagi itu ditelan kembali, mereka akan masuk ke omasum melewati rumen dan
retikulum. Di dalam omasum, kelenjar enzim akan membantu penghalusan makanan
secara kimiawi. Kadar air dari gumpalan makanan juga dikurangi melalui proses
absorpsi air yang dilakukan oleh dinding omasum.
7.
Abomasums atau perut masam
Abomasum adalah perut yang
sebenarnya karena di organ inilah sistem pencernaan hewan ruminansia secara
kimiawi bekerja dengan bantuan enzim-enzim pencernaan. Di dalam abomasum,
gumpalan makanan dicerna melalui bantuan enzim dan asam klorida. Enzim yang
dikeluarkan oleh dinding abomasum sama dengan yang terdapat pada lambung
mamalia lain, sedangkan asam klorida (HCl) selain membantu dalam pengaktifan
enzim pepsinogen yang dikeluarkan dinding abomasum, juga berperan sebagai
desinfektan bagi bakteri jahat yang masuk bersama dengan makanan. Seperti
diketahui bahwa bakteri akan mati pada Ph yang sangat rendah.
8.
Usus halus dan anus
Setelah makanan telah halus,
dari ruang abomasum makanan tersebut
kemudiandidorongmasuk ke usus halus. Di organ inilah sari-sari makanan
diserap dan diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh. Selanjutnya ampas atau sisa
makanan keluar melalui anus.
b. Pengertian hewan non
ruminansia
Hewan non ruminansia (unggas) memiliki pencernaan
monogastrik (perut tunggal) yang berkapasitas kecil. Makanan ditampung di dalam
crop kemudianempedal/gizzard terjadi penggilingan sempurna hingga halus.
Makanan yang tidak tercerna akan keluar bersama ekskreta, oleh karena itu sisa
pencernaan pada unggas berbentuk cair.
Zat kimia dari hasil–hasil sekresi kelenjar pencernaan
memiliki peranan penting dalam sistem pencernaan manusia dan hewan monogastrik
lainnya. Pencernaan makanan berupa serat tidak terlalu berarti dalam spesies
ini. Unggas tidak memerlukan peranan mikroorganisme secara maksimal, karena
makanan berupa serat sedikit dikonsumsi. Saluran pencernaan unggas sangat
berbeda dengan pencernaan pada mamalia. Perbedaan itu terletak didaerah mulut
dan perut, unggas tidak memiliki gigi untuk mengunyah, namun memiliki lidah
yang kaku untuk menelan makanannya. Perut unggas memiliki keistimewaan yaitu
terjadi pencernaan mekanik dengan batu-batu kecil yang dimakan oleh unggas
digizzard.
Saluran pencernaan ruminansia terdiri dari rongga mulut
(oral), kerongkongan (oesophagus), proventrikulus (pars glandularis), yang
terdiri darirumen, retikulum, dan omasum; ventrikulus (pars muscularis) yakni
abomasum, usus halus (intestinum tenue), usus besar (intestinum crassum), sekum
(coecum), kolon, dan anus. Lambung sapi sangat besar, yakni ¾ dari isi rongga
perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang
akan dikunyah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi
pembusukan dan peragian.
Pada hewan lambung tunggal (kelinci) organ saluran
pencernaanya terdiri dari mulut, faring, kerongkongan, lambung (gastrum), usus
halus (intestineum tenue), yang terdiri dari doedenum, jejenum, ileum, usus
besar (intestinum crasum), yang terdiri dari kolon, sekum, dan rektum kemudian
berakhir pada anus.
b. Saluran Pencernaan
Nonruminansia
Saluran pencernaan non ruminansia. Pada ternak non
ruminansia atau hewan yang mempunyai labung tunggal alat pencernaanya terdiri
dari :
a. Mulut ( cawar oris )
b. Tekak ( pharing )
c. Kerongkongan ( esophagus )
d. Gastrium ( lambung )
e. Intestinum tenue ( usus halus:
duodenum, ileum ,jejunum ) usus kasar ( caecum
dan rektum).
f. Anus
Saluran pencernaan ini dinamakan dengan monogastrik, pada
jenis unggas saluran pencernaanya mempunyai beberapa perbedaan dalam bentuk
anatominya dengan hewan monogastrik lainnya, tetapi fungsinya secara umum dapat
di katakana hamper sama, sedangkan pada hewan ruminansia lebih komleks.
Perbedaan kebutuhan zat makanan ternak ruminansia dan non
ruminansia Standar kebutuhan pakan atau sering juga diberi istilah dengan
standar kebutuhan zat-zat makanan pada hewan ruminansia sering menggunakan
satuan yang beragam, misalnya untuk kebutuhan energi dipakai Total Digestible
Nutrient (TDN), Metabolizable Energy (ME) atau Net Energy (NEl) sedangkan untuk
kebutuhan protein dipakai nilai Protein Kasar (PK), PK tercerna atau kombinasi
dari nilai degradasi protein di rumen atau protein yang tak terdegradasi di
rumen. Istilah STANDAR didefinisikan sebagai dasar kebutuhan yang dihubungkan
dengan fungsi aktif (status faali) dari hewan tersebut.
Misalnya pada sapi perah, pemberian pakan didasarkan atas
kebutuhan untuk hidup pokok dan produksi susu, sedangkan untuk sapi potong
lebih ditujukan untuk kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan. Namun tidak mudah
pula untuk menentukan kebutuhan hanya untuk hidup pokok saja atau produksi
saja, terutama untuk kebutuhan zat makanan yang kecil seperti vitamin dan
mineral.
c. Contoh Sistem Pencernaan Hewan
Non ruminansia pada unggas
Unggas mengambil makanannya dengan paruh dan kemudian terus
ditelan. Makanan tersebut disimpan dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur
dengan getah pencernaan proventrikulus dan kemudian digiling dalam empedal.
Tidak ada enzim pencernaan yang dikeluarkan oleh empedal unggas. Fungsi utama
alat tersebut adalah untuk memperkecil ukuran partikel-partikel makanan.
Dari empedal, makanan bergerak melalui lekukan usus yang
disebut duodenum, yang secara anatomis sejajar dengan pankreas. Pankreas
tersebut mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada
spesies-spesies lainnya. Alat tersebut menghasilkan getah pankreas dalam jumlah
banyak yang mengandung enzim-enzim amilolitik, lipolitik dan proteolitik.
Enzim-enzim tersebut berturut-turut menghidrolisa pati, lemak, proteosa dan
pepton. Empedu hati yang mengandung amilase, mamasuki pula duodenum.
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya
mengeluarkan getah usus. Getah usus tersebut mengandung erepsin dan beberapa
enzim yang memecah gula. Erepsin menyempurnakan pencernaan protein, dan
menghasilkan asam-asam amino, enzim yang memecah gula mengubah disakharida ke
dalam gula-gula sederhana (monosakharida) yang kemudian dapat diasimilasi
tubuh. Penyerapan dilaksanakan melalui villi usus halus.
Unggas tidak mengeluarkan urine cair. Urine pada unggas
mengalir ke dalam kloaka dan dikeluarkan bersama-sama feses. Warna putih yang
terdapat dalam kotoran ayam sebagian besar adalah asam urat, sedangkan nitrogen
urine mammalia kebanyakan adalah urine. Saluran pencernaan yang relatif pendek
pada unggas digambarkan pada proses pencernaan yang cepat (lebih kurang empat
jam).
DAFTAR PUSTAKA
Abun.
2008. Nutrisi Mineral . Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Adam, Moh.
Awaludin. 2011. Metabolisme Mineral. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya. Bauman DE, Lock AL. 2006. Concepts in lipid digestion
and metabolism in dairy cows. In: Eastridge ML, editor. Proceeding of Tri-State Dairy Nutrition Conference. Indiana,
25-26 April 2006. Port Wayne (Indiana): The Oiho State University. p. 1-14.
Blakely, J dan David H Blade . 1994. Ilmu Peternakan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press. Chahal, Udeybir Sighr.
2008. General Animal Nutrition. India: International Book
Distributing co. Doreau M, Chilliard Y. 1997. Digestion and metabolism of
dietary fat in farm animals. Br J Nutr. 78 Suppl 1:S15-S35. Harfoot CG,
Hazlewood GP. 1997. Lipid metabolism in the rumen. In: Hobson PN, Stewart CS,
editors. The rumen microbial ecosystem. London (UK): Chapman & Hall. p.
382-426. Hermansyah,D.2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar